Kuliner - replikas web SB

SB NEWS

Senin, 09 Oktober 2017

Kuliner

Sega Nyangku Kuliner Khas Winduaji, Paguyangan.

Paguyangan (cbmnews.net) Jika selama ini yang menjadi ikon kuliner di Waduk Penjalin, Winduaji, Paguyangan adalah ikan betutu, kini sudah ada ikon baru yaitu Sega Nyangku.

Sega Nyangku sama halnya seperti nasi kucing , nasi jamblang atau ponggol bumbon.  Yang membedakan sega nyangku dengan nasi lainnya terletak pada  kemasannya. Kalau biasanya nasi dibungkus dengan daun pisang atau daun jati, tapi ini menggunakan daun nyangku sejenis anggrek tanah.

Siti Mubaedah (40) warga Petuguran menceritakan sebelum populer kertas nasi , daun nyangku sangat populer bagi masyarakat Winduaji. Selain mudah didapat , daun ini panjang dan tidak mudah sobek(08/10).

" Daun nyangku punya peranan penting dan nilai historis sebagai alat pembungkus, sebelum digusur oleh plastik dan kertas," katanya.

Keberadaannya yang mudah didapat, bentuknya yang lebar dan panjang sangat tepat untuk membungkus. Dari membungkus nasi bekal ke ladang atau nasi berkat, juga dibuat tas anyaman untuk wadah baju atau kondangan.

"Seiring perjalanan waktu dengan masuknya plastik dan kertas, dominasi nyangku sebagai pembungkus mulai ditinggalkan dan hilang," tambahnya.

Namun kini kejayaan daun nyangku sebagai pembungkus, kembali digalakan oleh relawan Waduk Penjalin. Mereka mengemas nasi dengan bungkus daun nyangku dengan label nasi nyangku.

"Kami mencoba menghidupkan kembali apa yang pernah menjadi tradisi di desa kami. Terus terang kami terinspirasi dengan populernya nasi kucing atau sega jamblang," ujar Rakhmat Sukoco relawan Waduk Penjalin.

Makan kini tak sekedar kebutuhan biologis untuk kelangsungan hidup, juga tidak memandang strata sosial. Makan kini sudah menjadi daya tarik wisata, sehingga membuat orang penasaran dan memburunya. Menggeliatnya kembali Waduk Penjalin sebagai ikon wisata,  mendorong kami mengolahnya menjadi wisata kuliner.

"Nasi putih berisi sayur kulit melinjo, daun pakis, ikan teri dan sambal, berbalut daun nyangku kami bandrol 5 ribu rupiah. Kedepannya akan ada varian menu disesuaikan selera pengunjung," tambahnya.

Semilir angin yang berhembus dari waduk dan panorama yang indah, membuat suasana makan jadi terasa berbeda. Apalagi kemasan nasi yang tidak biasa, membuat orang penasaran untuk mencicipi.

Ahmad Zaeni (49) pengurus Badan Promosi Pariwisata Daerah (BP2D), dibuat takjub ketika disuguhkan sega nyangku.

"Benar-benar unik kemasannya , saya baru pertama kali melihatnya. Porsi nasi yang pas dengan lauknya, sangat dinikmati di pagi atau sore hari," katanya.

Namun dia juga menyarankan, agar kemasannya dipercantik lagi. Dia meyakini sega nyangku akan menjadi tujuan wisata kuliner di Winduaji.

"Kalau kemasan sedikit dimodifikasi dan jenis lauk ditambah, saya yakin ini akan menjadi ikon kuliner Winduaji berdampingan dengan ikan betutu. Kearifan lokal yang dikemas dengan sentuhan masa kini, akan menjadi jembatan generasi dahulu dengan generasi sekarang," pungkasnya. ( Bas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot